Perilaku
keuangan dimulai karena adanya penolakan terhadap teori pasar efisien. Robert
J. Shiller seorang profesor dari Universitas Yale adalah orang yang mempunyai peran yang besar dalam
perilaku keuangan karena dia mengungkapkan bahwa pasar tidak sepenuhnya
efisien. Pada tahun 1981, dengan penelitian yang berjudul “Do Stock Price Move
too much to be Justified by Subsequent Changes in Dividends’ yang
dipublikasikan di The American Economic Review, Robert menunjukkan telah
terjadi excess volatility antara harga saham dengan fundamental yang
mendasarinya. Penelitian ini akhirnya
menimbulkan perdebatan yang luar biasa di kalangan para akademisi. Karena pada saat itu Shiller
tidak mengetahui faktor apa yang menyebabkan pasar menjadi tidak efisien.
Dalam membuktikan volatilitas
itu, Shiller mendapatkan bantuan dari istrinya. Istri dari Shiller yang merupakan
seorang mahasiswa doktoral bidang psikologi di Universitas Daleware mencoba
membantu Shiller dengan menjelaskan ketidakefisienan pasar dengan pendekatan
ilmu sosial dan pada makalah yang diberi judul “Stock Price and Social Dynamics’
pada pertemuan di Brooking Institute. Namun dia malah mendapat, ejekan tidak hanya
datang secara lisan pasa saat konferensi. Ejekan secara tertulis pun ada, G.
William Schwert seorang pendukung teori pasar efisien menjuluki Shiller dengan
sebutan ‘sosiolog amatiran’. Hasil konferensi
tersebut menyatakan bahwa setiap pergerakan pasar saham haruslah mempunyai
landasan yang rasional. Namun Shiller memiliki pendapat lain mengenai hasil konferensi
tersebut, Ia mengatakan bahawa kesimpulan itu merupakan sebuah kesalahan ‘satu
dari kesalahan terbesar terbesar sejarah pemikiran ekonomi’.
Orang yang berperan besar lainnya
dalam perilaku keuangan adalah Richard H. Thaler, seorang profesor ekonomi dan
ilmu keperilakuan dari Universitas Chicago. Thaler menulis disertasi
doktoralnya berdasarkan paradigma pasar efisien, tetapi pada akhirnya ia berbalik
arah dengan mengembangkan perilaku keuangan. Akhirnya Thaler menjadi sebuah
anomali di universitasnya karena menyimpang dari pemikiran ekonomi neoklasik
yang dikembangkan dari sekolah pemikir ekonomi (economic schools of thought).
Dengan dukungan dana dari Russell
Sage Foundation, sejak tahun 1991 Thaller bersama Shiller mengkoordinasikan sebuah
workshop pada National Biro Economic Research (NBER).
Sejak saat itulah penelitian
dengan tema perilaku keuangan menjadi semakin berkembang pesat. Perkembangan
ini ditandai dengan semakin bertambahnya working paper yang bertema perilaku
keuangan. Jurnal ilmiah utama ilmu keuangan sudah menjadi media publikasi hasil
penelitian tentang perilaku keuangan, seperti The Journal of Finance dan Journal
of Financial Economics.
Perkembangan perilaku keuangan
ini menjadi cara berpikir yang baru dalam memahami fenomena ekonomi keuangan
dan hal ini menunjukkan bahwa kalangan akademisi keuangan telah menerima
keberadaan teori perilaku keuangan.
Daniel Kahneman, akibat dari
pengintegrasian ilmu psikologi kedalam ilmu ekonomi keuangan membuat ia diberi hadiah
nobel ekonomi pada tahun 2002. Hal ini dikarenakan ia
memodelkan perilaku manusia
mengambil resiko dari ilmu psikologi kedalam ilmu ekonomi yang dikenal dengan
nama teori prospek.
Teori perilaku keuangan masih
dianggap berusia muda, jika dibandingkan dengan ilmu keuangan pada periode sebelumnya.
Namun, saat ini perilaku keuangan tidak hanya sebatas konsep tetapi sudah
menjadi metode operasional untuk menganalisis dan menjelaskan tentang
keberadaan dari mispricing harga saham, menjelaskan mengapa individu tidak melakukan
diversifikasi dan bagaimana noise trader menciptakan pasar yang tidak efisien.
Saat ini dalam melakukan kegiatan
investasi, investor tidak hanya menggunakan estimasi atas prospek instrumen investasi
saja tetapi juga sudah memasukkan faktor psikologi. Bahkan, banyak pihak yang
sudah menyatakan bahwa faktor psikologi investor memiliki peran yang paling
besar dalam menentukan investor untuk berinvestasi. Contoh yang cukup menarik
dalam berinvestasi adalah adanya rasio terikat (bounded rationality). Di lain
sisi juga terjadi, investor menjual saham dengan cepat pada saat harga saham
tinggi (memberikan untung) dan bisa menahan saham dalam jangka waktu yang lama
ketika harga saham tersebut turun (rugi).
Faktor psikologi tersebut memberikan
pengaruh dalam berinvestasi dan juga mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Oleh
karena itu, analisis berinvestasi yang menggunakan teori psikologi dan teori keuangan
dikenal dengan perilaku keuangan (behavioural finance).
Ciri-ciri manusia yang paling
umum adalah takut, marah, serakah, mementingkan diri sendiri dalam menempatkan keputusan
tentang uang. Perilaku manusia biasanya tidak bersifat proaktif, melainkan
lebih bersifat reaktif. Perilaku keuangan relatif lebih mudah untuk menjelaskan
mengapa individu membuat sebuah keputusan, tetapi malah mengalami kesulitan dalam
mengukur apa akibat dari keputusan tersebut kepada dirinya. Perilaku keuangan
mempelajari pengaruh dari faktor sosial, kognitif dan emosional pada keputusan
ekonomi individu.
Adapun perkembangan perilaku
keuangan yang memasukkan faktor kekuatan emosi dan psikologi investor di pasar
keuangan adalah:
1. Mackay (1841) menyajikan kronologis tentang
kepanikan yang terjadi di pasar keuangan sebagai cerminan dari adanya aspek
psikologis investor.
2.
Bon (1895) mengajukan gagasan tentang prean
‘crowds’ yang dapat diartikan sebagai investor di pasar, dan perilaku dari perilaku
kelompok yang mencoba kemampuan di bidang keuangan, psikologi, sosial,
sosiologi dan sejarah.
3.
Selden (1912) menerapkan perilaku keuangan dalam
konteks psikologi di pasar modal
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk " Sejarah Perkembangan Perilaku Keuangan"
Post a Comment